Menurut laporan Bloomberg pada 8 Januari, karena serangkaian faktor seperti penjualan smartphone dan harga chip memori yang lemah, laba kuartal keempat Samsung Electronics lebih rendah dari perkiraan analis.
Hasil awal Samsung yang diumumkan pada hari Jumat menunjukkan bahwa dalam tiga bulan yang berakhir pada bulan Desember, pendapatan operasional adalah 9 triliun won (sekitar US $ 8,3 miliar), dan ekspektasi rata-rata analis adalah 9,52 triliun won. Penjualan pada kuartal keempat mencapai 61 triliun won (sekitar US $ 55,7 miliar). Perusahaan tidak memberikan laba bersih dan kinerja departemen tertentu. Perusahaan mengharapkan untuk merilis laporan keuangan tahunan terakhir 2020 akhir bulan ini.
Saat ini, persaingan global ponsel 5G antara Apple dan Samsung telah memasuki tahapan yang sengit. Menurut perkiraan Strategy Analytics, Samsung telah menjual 41 juta ponsel 5G dalam setahun terakhir, tertinggal di belakang Apple 52 juta dan Huawei 80 juta. Sebagian besar dari keduanya dijual di China.
Samsung berencana menggelar event online pada 14 Januari untuk meluncurkan seri ponsel andalannya selanjutnya, Galaxy S21, lebih awal dari jadwal tahunan biasanya. Pesaing seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo semuanya aktif dikerahkan untuk mengisi celah yang mungkin ditinggalkan Huawei di pasar internasional.
CW Chung, kepala teknologi Asia di Nomura Financial Investment, mengatakan bahwa faktor-faktor seperti permintaan server yang melambat, harga chip memori yang turun, dan apresiasi won Korea terhadap dolar AS telah memengaruhi pendapatan Samsung pada kuartal keempat tahun fiskal 2020. Chung mengatakan sebelum rilis laporan keuangan: "Bisnis ponsel dan memori perusahaan akan mulai pulih dari kuartal pertama 2021. Pasar memori memiliki tren kenaikan yang jelas dan dapat berlanjut hingga akhir 2021."